Selasa, 08 Oktober 2013

Resume Buku Gullan "The Insect" Part 5



SISTEM RANGSANGAN
 DAN TINGKAH LAKU

 



 



 

OLEH :


EVIE ADRIANI
A351130021



DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013/2014
Bab ini menjelaskan mengenai berbagai sistem indra dan perubahan tingkah laku akibat berbagai rangsangan lingkungan. Cara mendeteksi rangsangan dan tempat rangsangan tersebut diterima. Rangsangan dapat dihasilkan melalui sentuhan, suara, suhu, kimiawi (dengan memberi tekanan terhadap zat kimia komunikasi yang disebut feromon) dan cahaya. Pada akhir bab ini terdapat kesimpulan tentang tingkah laku serangga dalam hubungannya dengan rangsangan.

1.  Rangsangan mekanik
Yang termasuk dalam rangsangan mekanik yaitu yang berkaitan dengan penyimpangan (distorsi) akibat pergerakan mekanik yang disebabkan oleh:
a. Lingkungan,
b. Serangga dalam hubungannya dengan lingkungan
c. kekuatan internal yang berasal dari otot
                 Rangsangan yang masuk kedalam rangsangan mekanik yaitu sentuhan, stress dan peregangan tubuh, posisi, tekanan, gravitasi dan getaran yang menyebabkan perubahan tekanan udara dan substrat yang berkaitan dengan pendengarandan transmisi udara.

-       Taktik penerima rangsang mekanik
Tubuh serangga banyak memiliki tonjolan-tonjolan kutikula. Tonjolan tersebut ada yang dinamakan dengan mikrotrisia, yaitu ketika banyak tonjolan yang muncul dari satu sel. Dan jika tonjolan tersebut berasal dari banyak sel (multiseluler) maka dinamakan rambut, bulu (bristle), seta atau makrotrisia. Sebagian besar tonjolan berasal dari rongga yang melekuk ke dalam (mengalami innervasi). Tonjolan yang demikian dikenal sebagai sensila atau disebut juga sensila trikoid (organ perasa berukuran kecil seperti rambut).
Ada tiga sel yang berperan dalam menghasilkan sensila trikoid (Gambar 4.1), yaitu:
1.  Sel trikogen, membentuk rambut konikal
2.  Sel termogen, membentuk soket atau rongga
3. sel saraf atau neuron indera membentuk dendrit di dalam rambut dan akson mengarah ke internal serta menyatu dengan akson lain membentuk saraf yang terhubung ke sistem saraf pusat.
Gambar 1. Bagian longitudinal selsium trikoid yang menggambarkan susunan tiga sel yang berperan dalam pembentukannya.

Sensila trikoid yang berkembang dengan sempurna berperan sebagai taktil. Ketika sensila tersentuh maka dia akan bergerak dan serangga akan tanggap terhadap gerakan tersebut sehingga terbentuk impuls dari dendrit dengan frekuensi yang sebanding dengan jauhnya belokan yang terjadi. Sensila yang tersentuh hanya terangsang selama pergerakan.

-            Posisi penerima rangsang mekanik
Serangga bisa mengetahui posisi relatif bsagian tubuhnya. Informasi tersebut disampaikan oleh propioseptor. Ada tiga jenis propioseptor yaitu,
1.    sejenis sensilum trikoid
2.    reseptor regang
3.    detektor stress

-            Penerima suara
suara dan pendengaran merupakan istilah yang sering digunakan untuk frekuensi getaran melalui udara dengan kisaran yang dapat didengar manusia, biasanya orang dewasa dapat mendengar dalam kisaran 20 sampai 20.000 Hz. Serangga menerima frekuensi dengan menggunakan berbagai organ, namun tidak satupun yang menyerupai alat pendengaran mamalia.
            Salah satu peran penting suara bagi serangga adalah untuk komunikasi akustik intrasfesifik. Sebagai contoh, perkawinan orthoptera yaitu serangga jantan menghasilkan bunyi yang bisa mendeteksi pasangannya. Peran yang kedua yaitu dalam mendeteksi predator, beberapa serangga mampu mendengar dan menghindari kelelawar pemakan serangga yang menggunakan suara ultrasonik dalam berburu.

-       Penerima getaran nontimpanum
Organ indra yang dapat menerima getaran adalah mekanoreseptor. Subkutikula disebut organ kortodonal, yang terdiri dari satu sampai banyak skolopodia. Dan skolopodia terdiri dari tiga sel yang tersusun segaris, yaitu :
1.      Sel cap subtimpanal
2.      Sel skolopale
3.      Sel saraf
Untuk mendeteksi getaran substrat digunakan organ subgenual yaitu organ kordonotal yang terdapat pada tibia proksimal kaki serangga.
Gambar 2. Bagian longitudinal skolopodium, yang merupakan unit dasar kordonotal
-       Timpanum
Timpanum merupakan sebuah membran yang tanggap terhadap suara yang dihasilkan pada jarak tertentu dan ditransmisikan oleh getaran udara. Organ timpanum terdapat pada :
1.  ventral toraks antara kaki metatoraks pada mantid
2. metatoraks
3. Kaki protoraks
4. abdomen
5. sayap
            Suara yang masuk ke organ timpanum, baik berupa signal akustik yang terbawa substrat maupun yang terbawa udara akan menyebabkan membran timpanum bergetar. Suara akan diterima oleh tiga organ kordotonal: organ subgenual, organ intermediet dan akustik krista.

-          Penghasil suara
Serangga dapat menghasilkan suara melalui tiga cara yaitu :
1. Stridulasi
2. timbal
3. frekuensi kepakan sayap
            Biasanya serangga menghasilkan suara dengan cara stridulasi (menggesekkan) bagian tubuh yang disebut skraper (alat pengerik), dengan jalan menggosokkan kikir (file) ke skraper.
            Lubang berbentuk tanduk pada jangkrik merupakan salah satu contoh cara untuk meningkatkan suara (Gambar 3).

Gambar 3. Lubang untuk bernyanyi pada jangkrik scapteriscus acletus (orthoptera: Gryllotalpidae), di dalamnya jangkrik jantan sedang duduk dan kepalanya menghadap ke lubang dan tegmina naik menyumbat rongga tersebut.

            Cara kedua untuk menghasilkan suara yaitu dengan memanfaatkan perubahan distorsi otot dan relaksasi bagian tertentu dari kutikula yang elastis, yang disebut timbal.

2.       Rangsangan panas/temperature
-            Penerima rangsangan panas
Serangga dapat mendeteksi perbedaan suhu. Hal tersebut dapat diamati dari tingkah lakunya, namun belum jelas dimana terdapat reseptor dan juga belum diketahui bgaimana reseptor tersebut berfungsi. Pada kecoak, reseptor suhu terdpat pada ariolium dan pulvili tarsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat reseptor pada tungkai tetapi ada juga serangga yang memiliki reseptor pada antena, hal ini terjadi karena antena yang telah terpotong memiliki preferensi suhu yang berbeda dari serangga yang antenanya sempurna

-            Pengaturan suhu
Serangga tidak mempunyai cara untuk memelihara suhu konstan dan tergantung pada fluktuasi kondisi lingkungan jadi serangga merupakan hewan poikilotermik. Namun ada cara yang dapat dilakukan untuk memnaikkan danmenurunkan suhu tubuhnya melalui tingkah laku dan fisiologis. Mekanisme  tingkah laku menggunakan panas eksternal sedangkan mekanisme fisiologis menggunakan sumber panas internal.

-       Pengaturan suhu melalui tingkah laku (ektotermi)
Banyak serngga yang dapat memaksimumkan penerimaan panasnya dengan cara berjemur. Mendinginkan tubuh dapat melibatkan tingkah laku dengan cara mencari tempat berteduh.   
Terdapat hubungan yang kompleks antara pengaturan suhu dan warna serangga serta kehalusan permukaannya. Perbedaan fisiologis tersebut berkaitan dengan perbedaan ekologi termal antara spesies gelap dan terang, contohnya pada Cacama palvata yang menjemur tubuhnya dengan cara mengarahkan permukaan dorsal yang gelap langsung kearah matahari, sebaliknya pada waktu pendinginan hanya permukaan ventral yang dieksposnya. Serangga aquatik, sebagian besar suhu tubuhnya mengikuti suhu air.

-       Pengaturan suhu secara fisiologis (Endotermi)
Serangga bersifat endotermik dikarenakan otot terbang pada torak mempunyai laju metabolik yang sangat tinggi dan menghasilkan banyak panas. Pengaturan panas tersebut mungkin dengan cara menutupi dengan torak atau rambut-rambut yang dapat mengisolasi. Beberapa jenis serangga yang hanya mampu terbang terus menerus dan tidak mampu terbang meluncur.
            Serangga yang suhunya dapat meningkat selama terbang, sering membutuhkan toraks yang panas sebelum serangga tersebut dapat terbang. Ketika suhu lingkungannya rendah, maka serangga tersebut menggunakan otot terbang untuk meningkatkan terbang untuk meningkatkan panas toraks sehingga dapat dimanfaatkan selama terbang. Terdapat berbagai mekanisme pengaturan suhu yang salah satunya disesuaikan dengan tipe otot terbang, apakah bertipe sinkron atau asinkron.

3.  Rangsangan kimiawi
-          Penerimaan rangsangan kimia
               Dibagi menjadi rasa dan bau untuk bahan kimia yang bersifat lintas udara (air borne) tetapi perbedaan tersebut sangat relatif. Istilah lainnya yaitu, kemoresepsi kontak (rasa, gustatori) dan kemoresepsi berjarak (bau, olfaktori).
               Kemoreseptor serangga terdiri dari sensila dengan satu pori atau lebih. Ada dua kelompok sensila yang dapat dibedakan berdasarkan ultrastrukturnya : yaitu unipori dengan satu lubang, dan multipori dengan beberapa sampai banyak pori-pori pada ujung sensilanya. Sensila unipori berbentuk rambut sampai berbentuk taji, lempeng atau pori sederhana yang terdapat pada kutikula yang mencekung, tetapi semuanya mempunyai dinding yang relatif tebal.
-          Semiokimi : Feromon
               Zat kimia yang berbau yang dilepaskan ke lingkungan oleh organisme sehingga mempengaruhi interaksi dengan individu lain dinamakan dengan ssemiokimia. Zat tersebut sangat penting dalam komunikasi, digunakan dalam komunikasi interspesifik maupun intrasfesifik. Komunikasi intersfesifik biasanya berkembang pada serangga yang lebih tinggi dan melibatkan penggunaan zat kimia yang disebut dengan feromon.
               Feromon dihasilkan oleh kelenjar eksokrin (kelenjar yang mensekresikan keluar tubuh) yang terdapat pada sel epidermis. Contoh kelenjar bau seksual pada lepidoptera betina terdapat pada kantong eversibel antara segmen abdomen kedelapan dan sembilan, pada lebah betina, organ tersebut terdapat pada mandibula, tetapi pada aphids betina. Organ tersebut terdapat pada tibia belakang yang mengembung.
               Tingkah laku serangga yang dikendalikan oleh zat kimia yaitu :
1.      Feromon yang menghasilkan tingkah laku yang sfesifik
2.      Feromon yang bekerja dalam waktu yang lama dan merubah fisiologis yang bersifat irreversibel
         Feromon dapat dikategorikan berdasarkan lima kategori tingkah laku, yaitu yang berkaitan dengan seks, agregasi, ruang, pembentuk lacak dan alarm (tanda bahaya)

-          Semiokimia : kairomon, allomon dan sinomon
               Senyawa kimia untuk berkomunikasi (semiokimia) yang dapat berfungsi diantara individu dari spesies yang sama yang disebut dengan feromon, atau antara spesies yang berbeda yang disebut dengan allelokimia.
              

4.  Penglihatan serangga
Ada tiga organ yang dapat digunakan untuk menerima cahaya, yaitu :
1.      Pendeteksi dermal
2.      Stemmata
3.      Ocelli
Titik puncak perkembangan penglihatan serangga yaitu terdapat pada mata majemuk. Hal ini menyebabkan daya penglihatan serangga lebih luas. Serangga dapat menghasilkan cahaya atau bioluminesen. Bioluminesen terlibat dalam memikat mangsa maupun untuk mendapatkan jodoh.

5.  Tingkah laku serangga
Contoh tingkah laku serangga misalnya respon terbang ketika tungkai kehilangan kontak dengan tanah, dan berhentinya terbang ketika kontak didapatkan. Beberapa tindakan reflek yang sangat cepat, seperti menyergap makanan yang dilakukan nimfa odonata dan reaksi menghindar yang terjadi pada berbagai jenis serangga, sangat tergantung pada reflek yang melibatkan aksonakson besar yang dapat menginduksi impuls secara cepat dari organ penerima ke otot.
Integrasi berbagai jenis refleks yang berkaitan dengan perpindahan pada serangga dapat dibagi menjadi :
1.      Kinesis (Plural kineses), yaitu berbagai tindakan yang tidak terorientasi sesuai dengan intensitas stimulus.
2.      Taksis (Plural takses), yaitu pergerakan yang secara langsung mengarah atau menjauh dari stimulus.
Sebagian besar tingkah laku serangga dianggap sebagai sesuatu yag telah dibawa sejak lahir, yaitu serangga diprogram secara genetik untuk menghasilkan serangkaian langkah tertentu apabila telah terekspose terhadap stimulus tertentu. Akan tetapi, banyak tingkah laku serangga yang dapat berubah karena perubahan lingkungan atau perubahan fisiologis.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;