Jumat, 27 September 2013

Pengakuan terlambat


Minggu, 16 Juni 2013. 07:18 Wita
Kita, hanya sebuah kata tetapi memiliki banyak makna
Saya tergolong orang yang memiliki banyak teman akrab (tolong dibedakan antara teman dan teman akrab), andai saja waktu itu kamu tidak cemburuan dan andai saja waktu itu dulu saya tidak kekanak-kanakan dan terkesan  terbuka kepada siapa saja, curhat sana sini, ngobrol lama sama teman cewek dan cowok dan mengabaikan kamu, Andai saja waktu itu kedewasaan telah berpihak didiri kita masing-masing, Andai saja waktu itu ego kita tidak berkuasa, mungkin tidak ada perpisahan.
Ada empat teman akrab ku yang kamu cemburui, dan kejadian itu berulang-ulang. Saya memang bodoh, andai saja waktu itu sejak kejadian yang pertama, saya menjelaskan secara baik-baik dan tidak melibatkan emosi mungkin keadaan.nya kedepan akan baik-baik saja. Dan kamu hanya mengetahui bahwa saya menyukainya tanpa menanyakan mengapa saya menyukainya. Sebenarnya saya ingin bilang  “Jujur, ada yang aku suka dari mereka, tunggu dulu kamu jangan emosi dulu, tolong dengarkan baik-baik dan biarkan hati dan pikiran kita memahaminya, aku menganggap dia sebagai penasehat, kakak yang baik, kakak yang selalu berusaha membuat saya dewasa” tetapi pada saat itu pikiran dan perasaanku masih polos tetapi saya tahu kalau itu niatnya baik demi masa depan saya juga.
Untuk yang dua orang ini, mereka Cuma gosipan dari teman-temanku dan selebihnya kamu tahu bahwa dia telah menyatakan perasaannya bahwa dia ingin menjadi pacarku, tetapi saya menolak karena saya sudah punya kamu. Hanya itu penjelasan saya. Sebenarnya saya ingin menambahkan bahwa “hanya kamu yang bisa membuat saya merasa nyaman dan kamu segalanya bagi saya karena saya benar-benar mencintaimu, bukan suka tapi cinta”. Tapi gengsi yang terus merasuk dalam diriku yang masih labil diwaktu itu, dia menahanku untuk mengatakannya.
Kamu pernah bilang bahwa “jika sudah tiga kali saya melakukan kesalahan yang sama maka kamu tidak akan memaafkanku lagi.” Itu nasehat dari senior kamu. Andai saja senior kamu menambahkan “tapi, kamu mesti bicara dari hati kehati, jangan bicara ditelpon tetapi bertemu baik-baik, tanya alasan dia, dan jangan pelihara ego dan gengsi masing-masing”
Beberapa waktu kemudian dan masih diwaktu dulu..kamu menanyakan sebenarnya siapa yang saya suka? Dan saya menjawab dia ‘seniorku’. Saya menjawab seperti itu karena saya telah mengetahui bahwa kamu telah bersamanya, saya tidak mau merusak hubungan kita yang sudah membaik dengan persahabatan. Tetapi anehnya mengapa setelah percakapan itu kamu marah???
Hari berganti hari hingga tahun berganti tahun dan hingga sekarang kita terjebak dalam situasi aneh.. saling memanggil satu sama lain tetapi hanya dalam hati.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;